Sebelum pertunjukan dimulai maka Sang Aktor (manusia) harus menyatakan niat. Niat meninggalkan rumah untuk menuju rumah ummat manusia, meninggalkan hidup untuk memperoleh cinta, meninggalkan keakuan untuk berserah diri, meninggalkan penghambaan pada dunia untuk memperoleh kemerdekaan, meninggalkan diskriminasi untuk mencapai persamaan, ketulusan dan kebenaran, meninggalkan kehidupan sehari hari untuk kehidupan abadi. Meninggalkan dan melupakan segala sesuatu mengenai diri sendiri.
Pertunjukan bermula di suatu tempat bernama Miqat. Disini sang Aktor harus berganti pakaian. Pakaian yang melambangkan ras, status, jabatan, kelompok dan perbedaan2 tertentu yang menciptakan batas palsu menyebabkan perpecahan diantara umat. Lalu dalam perpecahan ini timbul konsep "Aku", bukan "Kita/ kami".
Di Miqat, dilepaslah pakaian dunia dan wajiblah memakai kafan, kain putih sederhana yang diberi nama Ihram. Disini semua manusia memakai pakaian yang sama, seragam. Dari sini sang Aktor harus menjadi setetes air mengikuti perjalanan aliran sungai untuk bisa menuju samudra penghambaan.
Dalam perjalanan ini dilarang tinggi hati, karena perjalanan ini bukan untuk mengunjungi manusia, tetapi hendaklah berendah hati karena ini perjalanan menuju Allah Sang Khalik, Yang Maha Pencipta. Perjalanan ini mengajarkan pada sang Aktor untuk menyadari eksistensi ke fana-annya.
Dalam perjalanan ini, sang Aktor bukan hanya menjadi manusia, tetapi harus menjadi manusia sebagaimana yang seharusnya. Perjalanan ini mengajarkan sebuah gerakan menuju Allah dengan lebih dahulu menanggalkan pakaian "keakuan" dan menguburkannya di Miqat.
Setelah menanggalkan pakaian"Aku" yang membedakan seseorang dari yang lainnya barulah boleh bergabung dengan orang banyak, aktor aktor yang lain, ibarat setetes air masuk kealiran sungai dalam keihraman menuju samudra Allah swt.....
Sang aktorpun menghadap Sang Khalik sebagai "manusia" dengan mengenakan pakaian yang sama seperti yang akan dikenakan ketika menghadap di akhirat kelak...
Pengingat tujuan, 31 Mei 2010
20.24
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kamojang, Ja-Bar
Jembatan Ampera
Jembatan Barelang Batam
UMUR
umur spt dedaun yg menempel di ranting pohon.Ketika daun gugur kita mengatakan jumlah daun dipohon berkurang, sementara ketika umur bertambah kita menghitung umur semakin banyak.
Padahal hakikatnya pertambahan umur sama seperti daun gugur. Lalu ketika umur semakin berkurang, kenapa harus merayakannya? Jika doa-doa dipanjatkan semoga umur yg telah diberikan & dan umur yg tersisa menjadi berkah, masih bisa dimengerti walaupun seharusnya kita saling mendoakan setiap saat.
Maka beruntunglah orang yang diberi keberkahan dalam umurnya yang panjang.
Padahal hakikatnya pertambahan umur sama seperti daun gugur. Lalu ketika umur semakin berkurang, kenapa harus merayakannya? Jika doa-doa dipanjatkan semoga umur yg telah diberikan & dan umur yg tersisa menjadi berkah, masih bisa dimengerti walaupun seharusnya kita saling mendoakan setiap saat.
Maka beruntunglah orang yang diberi keberkahan dalam umurnya yang panjang.
ILMU
Ilmu adalah sebaik baik kekayaan. Ia ringan dibawa tetapi besar manfaatnya. Ditengah orang banyak ia indah & dalam kesendirian ia menghibur.(Ali bin Abi Thalib)
Featured Content
Cuaca Palembang
YoWindow.com
Forecast by yr.no
Balikpapan, Kal-Tim
My Gallery
About Me
- Nurjali
- Palembang, Indonesia
- Manusia biasa.Suami dari seorang wanita & bapak dari 3 anak laki-laki, yang sering bosan dengan rutinitas.
0 komentar:
Posting Komentar